Monday 9 November 2009

MANDELA & PULAU ROBBEN

Beberapa tahun yang lalu, mungkin banyak orang justru merasa beruntung jika tidak pernah mengunjungi Afrika Selatan. Betapa tidak, setiap kali berkunjung ke suatu negara, pihak imigrasi setempat selalu menyodorkan isian yang harus dijawab:
“Pernahkah Anda mengunjungi Afrika Selatan?”
Barangkali akan ada beberapa pertanyaan susulan yang merepotkan jika kita menjawabnya pernah.

Kini aku merasa beruntung karena sempat mengunjungi negara yang indah itu. Jika pertanyaan itu kembali diajukan, rasanya aku akan menjawab pertanyaan itu dengan suka cita: “Ya, aku pernah mengunjungi Afrika Selatan.”

Ada banyak banyak pengalaman menarik selama mengunjungi ujung selatan benua hitam ini. Satu-satunya kekecewaan yang aku alami - dan ini kekecewaan yang sangat dalam - aku tidak sempat mengunjungi Pulau Robben.

Berkunjung ke pulau Robben adalah agenda utama yang aku tulis begitu saya hendak mengunjung Afrika Selatan. Bagiku, pulau bekas penjara yang telah dubuka untuk umum ini ini bukan sembarang obyek wisata biasa, Bagiku pulau bekas penjara ini adalah monumen Anti Apartheit yang membuat kunjungan ke sana lebih tepat disebut sebagai ziarah daripada sekedar wisata.

Semua orang tahu, di pulau Robben inilah Nelson Mandela menghabiskan 27 hidupnya di dalam tahanan demi menegakkan sikap dan perjuangannya untuk menentang aphartheit. Meringkuk selama 27 tahun dalam tahanan bukannya melemahkan Nelson Mandela. Hukuman selama itu justru memperkuat perlawanannya untuk menentang rezim Apartheit yang telah mencabik-cabik Afrika Selatan selama berabad-abad.

Sejak menjejakkan kaki di bandara internasional Cape Town, aku sungguh tak sabar menjalani pengalaman unik itu. Aku ingin segera meringkuk dalam penjara yang dulu dibangun oleh rezim apartheit itu dan merasakan hal yang sama seperti yang pernah dirasakan oleh Nelson Mandela! Tentu aku tidak perlu meringkuk di dalamnya selama 27 tahun. Beberapa menit cukup buat aku!

Sayang sekali, meskipun aku tinggal di Cape Town selama 10 hari, aku tidak punya kesempatan sekalipun untuk menjejakkan kaki di pulau Robben. Cuaca, angin dan ombak yang tak bersahabat ditambah jadual pekerjaan yang tidak tepat membuat aku tidak pernah bertolak dari pelabuhan Cape Town menuju pulau penjara yang telah dibuka sebagai obyek wisata tersebut.

Robben IslandPada malam terakhir di Cape Town, aku harus menghadapi kepastian bahwa aku tidak bisa mengunjungi pulau itu. Dalam suasana hati yang kecewa aku langsung membuka laptop dan mulai membuat karikatur, Beberapa jam kemudian aku bertolak kembali ke Indonesia dengan karikatur Nelson Mandela setengah jadi tersimpan di dalam hard disk laptop. Saat transit di Changi dan mendarat di Jakarta , tak ada pertanyaan “Pernahkah Anda mengunjungi Afrika Selatan?”

No comments:

Post a Comment